Markas besar Kepolisian Jepang mengungkapkan, penyakit depresi menempati urutan pertama yang menyebabkan melonjaknya angka bunuh diri di seantero negeri Matahari Terbit itu selama 2007.
Demikian laporan Kyodo di Tokyo, mengutip hasil survei kepolisian Jepang yang menyebutkan angka bunuh diri sebesar 33.093 orang atau naik 2,9 persen dibanding tahun 2006.
Dari hasil penelitian tersebut juga diketahui bahwa angka itu merupakan angka tertinggi kedua, setelah tahun 2003 yang mencapai 34.427 orang. Selama sepuluh tahun terakhir jumlah bunuh diri di Jepang mencapai angka di atas 30.000 orang.
Selain depresi, alasan warga melakukan bunuh diri juga disebabkan oleh penyakit fisik ringan, dan ranking ketiga penyebab bunuh diri adalah karena utang.
Berdasarkan kelompok usia, sebanyak 37 persen dari angka bunuh diri pada 2007, dilakukan warga berusia 60 tahun ke atas. Angka itu meningkat 8,9 persen dibanding tahun lalu, sehingga menjadi 12.107 orang.
Kelompok usia 50 hingga 59 tahun mencapai 7.046 orang, dan usia 40 ? 49 tahun tercatat sebanyak 5.096 orang yang bunuh diri. Angka "suicide" pada usia 19 tahun ke bawah ternyata menurun sebanyak 12 persen, menjadi 548 orang, dimana 10 orang diantaranya karena kekerasan yang dilakukan seniornya di sekolah, dan sebanyak 25 lainnya karena perselisihan dengan sesama teman.
Untuk menanggulangi meroketnya angka bunuh diri, pemerintah Jepang melakukan berbagai cara pencegahan, dengan target utama menurunkan angka bunuh diri sebesar 20 persen hingga tahun 2016.
Upaya-upaya pencegahan dilakukan dengan menyediakan pos-pos konsultasi, konsultasi on-line, begitu juga di sekolah-sekolah, hingga membuat ketentuan hukum mengenai pencegahan bunuh diri yang belaku sejak Oktober 2006