Adolf Hitler… Ya seorang tokoh yang namanya begitu tersohor hingga hampir semua orang di muka bumi ini pasti akan tahu siapa dia. Ya dia adalah Adolf Hitler seorang diktator kejam (?) yang selama ini selalu diidentifikasikan dengan kekejaman dan cerita holocaust. Seorang diktator raksasa yang telah meluluh lantak-kan seluruh daratan Eropa dan sebagian besar Afrika Utara. Seorang diktator bengis dan bertangan besi yang telah membuat bangsa Jerman meroket dari negara Eropa termiskin menjadi negara Eropa termaju hanya dalam tempo 9 tahun (bayangkan bila itu terjadi di Indonesia!).
Hitler pun menurut saya pribadi adalah salah satu seorang diktator yang sukses. Saya sebut sukses karena Hitler adalah salah satu dari sedikit diktator yang tidak banyak ditentang oleh rakyatnya sendiri. Kebanyakan diktator, bila kita kembali melihat sejarah masa lampau, senantiasa ditentang oleh mayoritas rakyatnya sendiri. Bentuk penentangan itu bisa berbentuk kerusuhan, separatisme ataupun pemberontakan. Namun ketika Hitler berkuasa di Jerman, nyaris tidak ada bentuk-bentuk pemberontakan yang dilancarkan oleh masyarakat Jerman terhadap sang Fuehrer nya. Stabilitas nasional Jerman pada masa perang dunia II relatif stabil, bahkan terlalu stabil untuk sebuah negara kecil yang sedang dikeroyok negara-negara raksasa. Tidak ada bentuk-bentuk upaya rakyat untuk menggulingkan posisi Hitler, terkecuali tindakan desersi para jendral-jendral perang Jerman yang mengebom ruang kerja Hitler. Bahkan sampai Hitler benar-benar kalah sekalipun masih banyak rakyat Jerman kala itu yang menganggap Hitler adalah sang pemimpin mereka. Suatu bentuk fanatisme terhadap pemimpin yang luar biasa!
Padahal bila kita melihat sejarah kebudayaan Jerman, bangsa Jerman bukanlah bangsa yang bodoh. Sejarah menunjukkan bahwa Jerman adalah suatu kebudayaan yang tinggi yang mempunyai banyak orang-orang cerdas, namun kenapa mereka tunduk dan patuh dibawah perintah seorang diktator seperti Hitler? Bila kita menggunakan alasan bahwa rakyat takut akan kekejaman pasukan SS, itu tetap tidak dapat diterima karena pasukan SS sebagian besar dikirim kan ke medan-medan tempur di luar Jerman. Sedangkan di Jerman sendiri hanya ada polisi Gestapo yang jumlahnya sangat sedikit dan sangat tidak memadai. Intinya ketika perang dunia II terjadi, hanya sedikit sekali aparat yang bertugas di dalam negeri untuk menjaga ketertiban dan stabilitas tapi ANEH nya keadaan ini tidak mengakibatkan chaos atau kekacauan internal di negara Jerman. Rakyat Jerman kala itu seakan-akan diatur oleh suatu kekuatan tertentu yang membuat mereka takut atau segan untuk melanggar hukum, seakan-akan ada sebuah invisible power yang membuat rakyat Jerman patuh terhadap hukum.
Ada sebuah bentuk kediktatoran lain yang kurang lebih mirip dengan kediktatoran NAZI Jerman ini, yakni kediktatoran kekaisaran Romawi. Pada saat romawi diperintah oleh seorang diktator, stabilitas internal dalam negeri bangsa tersebut relatif stabil. Padahal ketika itu banyak dari pasukan-pasukan romawi sedang melakukan kampanye peperangan di seantero Eropa. Rakyat romawi, seperti hal nya rakyat Jerman, seakan-akan tunduk kepada suatu kekuatan tak terlihat yang membuat mereka takut untuk melawan sang diktator ataupun takut untuk melanggar hukum.
Apa rahasianya? Setelah membandingkan kedua peradaban tersebut, maka saya melihat ada suatu kemiripan diantara kedua bentuk kediktatoran itu, yakni mereka sama-sama memanfaatkan agama/reliji untuk melanggengkan kekuasaan mereka. Dewa-dewi romawi pada zaman dahulu memang sifatnya mendukung negara sebagai kekuasaan tertinggi di muka bumi. Ajaran agama orang-orang romawi itu sangat mendukung chauvinisme dan militerisme.
Tidak Jauh beda dengan kediktatoran NAZI Jerman di bawah kekuasaan Adolf Hitler. Hitler dengan cerdasnya memanfaatkan agama nasrani untuk menciptakan kepatuhan mutlak dari rakyatnya untuk dia atau negaranya. Dengan menggunakan “alat” agama inilah Hitler sukses besar membuat rakyat Jerman menganggapnya sebagai manusia setengah dewa yang dipercaya dapat menjadikan Jerman sebagai negara penguasa dunia. Dengan alat agama ini juga Hitler mampu menciptakan pasukan-pasukan elit dengan kemampuan tempur luar biasa di medan perang.
Selain itu juga Hitler juga menggunakan suatu langkah radikal yang belum pernah dipakai oleh diktator-diktator modern lainnya, yakni menggunakan metode pendidikan. Anak-anak Jerman usia dini diwajibkan untuk masuk ke dalam sebuah organisasi yang bernama Hitler Jugend. Organisasi yang memang dibentuk untuk anak-anak hingga usia remaja itu mempunyai fungsi sebagai indoktrinasi ajaran-ajaran Naziisme. Selain itu dalam pelajaran-pelajaran sekolah pun selalu dimasukkan propaganda-propaganda yang mendukung konsep NAZI isme sehingga menimbulkan rasa fanatisme. Biadab memang menggunakan anak kecil sebagai agen-agen kediktatoran, namun cara ini terbukti sukses besar!
Jadi bila ada dari anda yang ingin menjadi diktator silahkan ikuti langkah-langkah Hitler diatas, semoga saja rakyat Indonesia bisa termakan strategi di atas, seperti hal nya rakyat Jerman puluhan tahun lalu…..
Hitler pun menurut saya pribadi adalah salah satu seorang diktator yang sukses. Saya sebut sukses karena Hitler adalah salah satu dari sedikit diktator yang tidak banyak ditentang oleh rakyatnya sendiri. Kebanyakan diktator, bila kita kembali melihat sejarah masa lampau, senantiasa ditentang oleh mayoritas rakyatnya sendiri. Bentuk penentangan itu bisa berbentuk kerusuhan, separatisme ataupun pemberontakan. Namun ketika Hitler berkuasa di Jerman, nyaris tidak ada bentuk-bentuk pemberontakan yang dilancarkan oleh masyarakat Jerman terhadap sang Fuehrer nya. Stabilitas nasional Jerman pada masa perang dunia II relatif stabil, bahkan terlalu stabil untuk sebuah negara kecil yang sedang dikeroyok negara-negara raksasa. Tidak ada bentuk-bentuk upaya rakyat untuk menggulingkan posisi Hitler, terkecuali tindakan desersi para jendral-jendral perang Jerman yang mengebom ruang kerja Hitler. Bahkan sampai Hitler benar-benar kalah sekalipun masih banyak rakyat Jerman kala itu yang menganggap Hitler adalah sang pemimpin mereka. Suatu bentuk fanatisme terhadap pemimpin yang luar biasa!
Padahal bila kita melihat sejarah kebudayaan Jerman, bangsa Jerman bukanlah bangsa yang bodoh. Sejarah menunjukkan bahwa Jerman adalah suatu kebudayaan yang tinggi yang mempunyai banyak orang-orang cerdas, namun kenapa mereka tunduk dan patuh dibawah perintah seorang diktator seperti Hitler? Bila kita menggunakan alasan bahwa rakyat takut akan kekejaman pasukan SS, itu tetap tidak dapat diterima karena pasukan SS sebagian besar dikirim kan ke medan-medan tempur di luar Jerman. Sedangkan di Jerman sendiri hanya ada polisi Gestapo yang jumlahnya sangat sedikit dan sangat tidak memadai. Intinya ketika perang dunia II terjadi, hanya sedikit sekali aparat yang bertugas di dalam negeri untuk menjaga ketertiban dan stabilitas tapi ANEH nya keadaan ini tidak mengakibatkan chaos atau kekacauan internal di negara Jerman. Rakyat Jerman kala itu seakan-akan diatur oleh suatu kekuatan tertentu yang membuat mereka takut atau segan untuk melanggar hukum, seakan-akan ada sebuah invisible power yang membuat rakyat Jerman patuh terhadap hukum.
Ada sebuah bentuk kediktatoran lain yang kurang lebih mirip dengan kediktatoran NAZI Jerman ini, yakni kediktatoran kekaisaran Romawi. Pada saat romawi diperintah oleh seorang diktator, stabilitas internal dalam negeri bangsa tersebut relatif stabil. Padahal ketika itu banyak dari pasukan-pasukan romawi sedang melakukan kampanye peperangan di seantero Eropa. Rakyat romawi, seperti hal nya rakyat Jerman, seakan-akan tunduk kepada suatu kekuatan tak terlihat yang membuat mereka takut untuk melawan sang diktator ataupun takut untuk melanggar hukum.
Apa rahasianya? Setelah membandingkan kedua peradaban tersebut, maka saya melihat ada suatu kemiripan diantara kedua bentuk kediktatoran itu, yakni mereka sama-sama memanfaatkan agama/reliji untuk melanggengkan kekuasaan mereka. Dewa-dewi romawi pada zaman dahulu memang sifatnya mendukung negara sebagai kekuasaan tertinggi di muka bumi. Ajaran agama orang-orang romawi itu sangat mendukung chauvinisme dan militerisme.
Tidak Jauh beda dengan kediktatoran NAZI Jerman di bawah kekuasaan Adolf Hitler. Hitler dengan cerdasnya memanfaatkan agama nasrani untuk menciptakan kepatuhan mutlak dari rakyatnya untuk dia atau negaranya. Dengan menggunakan “alat” agama inilah Hitler sukses besar membuat rakyat Jerman menganggapnya sebagai manusia setengah dewa yang dipercaya dapat menjadikan Jerman sebagai negara penguasa dunia. Dengan alat agama ini juga Hitler mampu menciptakan pasukan-pasukan elit dengan kemampuan tempur luar biasa di medan perang.
Selain itu juga Hitler juga menggunakan suatu langkah radikal yang belum pernah dipakai oleh diktator-diktator modern lainnya, yakni menggunakan metode pendidikan. Anak-anak Jerman usia dini diwajibkan untuk masuk ke dalam sebuah organisasi yang bernama Hitler Jugend. Organisasi yang memang dibentuk untuk anak-anak hingga usia remaja itu mempunyai fungsi sebagai indoktrinasi ajaran-ajaran Naziisme. Selain itu dalam pelajaran-pelajaran sekolah pun selalu dimasukkan propaganda-propaganda yang mendukung konsep NAZI isme sehingga menimbulkan rasa fanatisme. Biadab memang menggunakan anak kecil sebagai agen-agen kediktatoran, namun cara ini terbukti sukses besar!
Jadi bila ada dari anda yang ingin menjadi diktator silahkan ikuti langkah-langkah Hitler diatas, semoga saja rakyat Indonesia bisa termakan strategi di atas, seperti hal nya rakyat Jerman puluhan tahun lalu…..
http://ok3news.blogspot.com/
sumber :http://venomaxus.wordpress.com